Friday, March 30, 2012

Puisi Misteri Keangkuhan Cintamu | Ita Friedrich

1 komentar




Misteri Keangkuhan Cintamu
Ita Friedrich

Ketika lelah menyergah resahnya jiwa
Saat kisah indah tanpa nafas asmara di dalamnya
Dan senandung riang tiada menyentuh dinding relung hati
Kerinduanpun kian tenggelam dalam keraguan samudera duka
Ketulusan hanya jadi pemanis tipisnya nurani

Batu karang yang kokoh itulah kekerasan hatimu
Walau tlah ku bisikkan dengan lembut di kalbumu
Lewat angin malam dan bias bintang gumintang
Dirimu tetap bertahan dalam keangkuhan cinta
Semua menjadi sebuah misteri berbalutkan tirai menghampar

Kabut kebimbangan menghiasi sinar matamu
Namun dirimu seolah tiada pernah bukakan jendela hatimu
Ada rahasia yang menyelimutimu dalam selasar cinta
Kuingin mengetuknya walau kian terengah engah ku meminta
Ku cari dan terus kucari jalan temukan butiran lembut kasihmu

Sekian lama ku tlah menunggu terbukanya relung hatimu
Hingga kelelahan dan luka menganga kian membuatku tertunduk
Dalam penat kian menghimpit kurasakan uluran lembut tanganmu
Mengajakku tuk bangkit dari semua kegalauan sebuah asa menghilang
Lengkung senyummu tlah membukakan semua misteri cinta yang ada

Leonberg, 27.2.2012

sumber : fiksi.kompasiana.com

Wednesday, March 28, 2012

Puisi Tolak BBM | Saatnya Putra Petir Melawan Dahlan Iskan

0 komentar




Saatnya Putra Petir Melawan
Oleh Dahlan Iskan

Terbukti,
Setiap Presiden Indonesia terjerat oleh BBM.
Terbukti,
Siapa pun presidennya, kapan pun masanya, harus menaikkan harga BBM.
Terbukti,
Setiap terjadi kenaikan BBM menimbulkan kehebohan nasional.
Terbukti,
Setiap kehebohan menguras energi nasional.
Energi dihambur-hamburkan.
Energi terbuang-buang sia-sia.
Energi yang mestinya untuk mendorong maju menjadi energi yang habis untuk berputar-putar.

Karena itu:
Mari kita lawan BBM!
Mari kita tolak BBM!
Mari beralih dari BBM ke listrik!

Mari!
Kita lawan BBM!
Untuk penyelesaian yang tuntas jangka panjang.
Agar BBM tidak lagi menjerat-jerat presiden-presiden yang akan datang.
Agar BBM tidak habis-habisnya menimbulkan kehebohan nasional.
Agar tidak terus-menerus menguras energi nasional.

Mari kita lawan BBM!
Mari kita produksi mobil-motor listrik nasional.
Kita pakai kendaraan listrik.
Bukan kendaraan yang haus BBM.

Jangan ketinggalan.
Seluruh dunia mengarah ke kendaraan listrik.
Seluruh dunia akan beralih ke kendaraan listrik.
Seluruh dunia akan meninggalkan kendaraan BBM.

Jangan sampai kita ketinggalan lagi.
Hanya untuk terjerat-jerat BBM sepanjang masa.
Hanya untuk berheboh-heboh tiada habisnya.
Hanya untuk menguras energi semua manusia Indonesia.

Mari kita produksi kendaraan listrik.
Mari kita manfaatkan listrik murah ketika tengah malam.
Ketika semua orang tidur dengan lelapnya.
Ketika AC-AC kantor tidak bekerja.
Ketika TV-TV tidak menyala.
Ketika lift-lift gedung bertingkat beristirahat.

Listrik tengah malam.
Terbuang sia-sia.
Listrik tengah malam.
Alangkah bermanfaatnya bila untuk nge-charge kendaraan kita.

Mari kita produksi motor listrik nasional.
Mari kita produksi mobil listrik nasional.

Kita!
Putra-putri bangsa.
Pasti mampu merealisasikannya.
BUMN siap menjadi pelopornya.
BUMN siap menjadi pemrakarsanya.
Inpres hemat energi No 05/2006 harus menjadi nyata.

AYO!
Siapa pun Anda.
Yang merasa sebagai putra bangsa.
Yang sudah lama mimpi mobil-motor listrik nasional.
Yang memiliki konsep, bukan yang hanya bisa mengeluh.
Yang siap bekerja keras, bukan yang hanya bisa bicara keras.
Yang bisa melakukan R&D sendiri.
Yang bisa melahirkan kualitas motor listrik tidak seperti yang kita kenal hari ini.
Yang siap bikin blueprint dan working prototype untuk produksi mobil/motor listrik nasional.
Yang mampu menemukan teknologi tidak sekadar merakit yang sudah ada.
Yang siap melibatkan lembaga pendidikan nasional jangka panjang.
Yang siap untuk mengikuti sertifikasi pengujian nasional.
Yang kalau dipatenkan bisa diterima.
Yang siap membangun perusahaan nasional.

Dan tentu.
Yang siap bekerjasama dengan BUMN.

Ayo kumpul di BUMN.
Kita bicarakan bersama.
Kita wujudkan bersama.
Kita jalankan bersama.

Ayo kita lahirkan motor listrik nasional.
Ayo kita lahirkan mobil listrik nasional.

Ayo!
Jeratan nasional itu kita urai.
Kehebohan nasional itu kita cegah.
Pemborosan energi nasional itu kita akhiri.

Ayo.
Indonesia jangan ketinggalan lagi.

Mari!
Kita akhiri keluh-kesah.
Kita ganti dengan motor listrik nasional.
Kita ganti dengan mobil listrik nasional.

Mari kita songsong bersama.
Lahirnya……
Jabang bayi PUTRA PETIR ini!


* Dahlan Iskan : Menteri Negara (Meneg) BUMN,
Mantan Dirut PLN

Tuesday, March 27, 2012

Puisi Menjelang Sore di Cisalak | K.a Rahman Ghani

0 komentar




Menjelang Sore di Cisalak
K.a Rahman Ghani


Di sore senja kala itu…
Sehelai daun kering terjatuh
Sebutir debu tersapu angin
Terseret terbang lalu hilang tak ada
Telah lama aku menunggu bulan itu muncul
Dari sebentuk sabit hingga purnama penuh

Di sore senja kala itu…
Ada yang menampar pipi wajahku
Membentur kepala, menyayat mata
Mencabik dada, memecah bibir
Menghancurkan hati berkeping-keping,
Hingga berdarah-darah

Di sore senja kala itu…
Ada ranting ilalang kering menusuk bulan
Menghalangi pandanganku
Aku merebah, mengerang, mengering
Melihat purnama berpaling dari bintang

07 January 2012

sumber : fiksi.kompasiana.com

Monday, March 26, 2012

Puisi Menjelang Malam | Kala Malam Menjelang

0 komentar



Kala Malam Menjelang
Ita Friedrich

Lembar demi lembar tlah terisi bait kerinduan
Tertulis dengan tinta emas bertaburan indahnya kata
Terukir dengan seluruh nuansa syahdu yang menggebu
Bersama desah mesra mengalun merdu menggugah kalbu

Tujuh purnama kita tlah lalui dalam kebersamaan
Kau hiasi malamku dengan canda dan rayu menggoda
Bercengkerama dan bertutur kata dalam suka dan duka
Kau habiskan waktumu tuk bergelut asmara membara

Senja temaram kian datang mengintip
Dalam belaian mimpi yang indah mengusik desah
Kuterbangun saat ku ingat kau kan hadir menemani
Ku percantik diri dengan polesan gincu warna yang kau suka

Kutelah jatuh hati padamu kekasihku
Kau bangkitkan diriku dari rasa sepi yang mencekam
Kau isi hidupku dengan ragam kata yang tiada bosan
Sungguh ku mencintaimu walau kau hanya ada di dunia mayaku


Leonberg, 12.2.2012

Puisi menjelang Tidur ‘Pejamkanlah, mata ini’

0 komentar




Puisi menjelang Tidur ‘Pejamkanlah, mata ini’
Maddie Depal Suyadi


Ya Allah, berikanlah mata ini
Rejeki untuk menutup
tuangkanlah segenap anugerah dalam tidur

dan takala aku bangun
ku dapati bunga-bunga
mekar di sudut-sudut hatiku

pejamkanlah, mata ini
untuk melihat keagunganMu dalam kegelapan
selayaknya lilin dalam ruangan jiwaku

tuliskanlah syair indah dalam mimpiku sehingga
aku dapat bersyukur dalam kenestapaan

pejamkanlah, mata ini
untuk merasakan tali-temali lembut
kidung sendu nan indah membelah keiklashan

dalam gelap ini aku berdoa
pejamkanlah mata ini

Amieeen…!!!

08 February 2011

Puisi Rembulanpun Tak Lagi Tersenyum Padaku | Fauziah Humaira

0 komentar


Rembulanpun Tak Lagi Tersenyum Padaku
Puisi Fauziah Humaira

Semilir angin malam menusuk tulang
Aku mendongak ke langit
Gumpalan awan hitam kelam menyelimuti malam
Tak ada kerdipan bintang

Langit begitu gelap
Keindahan purnama tenggelam ditelan gumpalan awan
Gemerlap cahaya bintang dikulum malam
Keindahan malam tak kunjung datang

Aku mengharap pada angin
Ku bisikkan padanya untuk menggeserkan awan kelam itu
Bisikan lembut itu membuat angin luluh
Awan gelap telah pergi

Dengan mata berkaca
Aku kembali menatap langit
Mengharap rembulan bisa tersenyum
Dan bintang menyapa malam ini

Gelap …
Tak ada pertanda rembulan datang
Awan hitam tidak pernah ingkar
Dia kembali datang memenuhi janji pada Tuhannya
Egoku menikmati sinar rembulan

Rembulan mendengar bisik rumput liar
Yang sekian lama tidak menikmati hujan
Hanya bisikan kelembutan
Aku iri pada rembulan

Sangat taat dengan aturan Tuhan
Kelembutan sinar yang menaklukkan hati
Selalu memberi tak harap kembali
Aku tak pernah mendengar bulan menuntut bumi

Memberikan keindahan seperti sinarnya rembulan
Aku mengharap tuhan menepati janji
Tapi aku tak pernah dekat dan menghampiriNya

18 September 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Saturday, March 24, 2012

Puisi Untukmu Aku Berkabung | Pinto Basuki

0 komentar




Untukmu Aku Berkabung
Pinto Basuki

Untukmu Indonesiaku aku turut berkabung
Akan matinya nurani para penguasa
Akan hilangnya empati para pengusaha
Semua sibuk berebut kuasa dan kaya
Tak peduli nasib sang jelata
Yang kian tersisih dari kehidupan
Meski mengais dan menangis
Demi setetes penyambung nyawa

15 Mei 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Friday, March 23, 2012

Puisi Menunggu Kekasih | Edy Priyatna

0 komentar




Menunggu Kekasih
Edy Priyatna

Tak kuhitung waktu saat menunggumu
pasti akan terasa lama
sekarang ini pun sudah kurasakan
kau tak kunjung datang
padahal jamku sudah lewat
dan bila aku membilang
mungkin sudah lebih dari tiga jam
ketika akhirnya kau tiba
dengan perasaan kesal aku bilang
bahwa kau telah terlambat tiga menit

Pondok Petir, 08 Januari 2012

sumber : fiksi.kompasiana.com

Tag :Puisi Rindu Kekasih | Puisi Rindu Buat Kekasih | Sajak Aku dan Kekasih
| Puisi Penantian


Thursday, March 22, 2012

Puisi Tentang Preman | Doa Doa Preman Indonesia

0 komentar





Doa doa preman Indonesia
Thamrin Dahlan

gue jadi preman karena keadaan pak presiden
gue ngak punya pekerjaan
gue ngak pernah mengeyam pendidikan
gue ngak punya ketrampilan
padahal perut gue harus diisi makan
minta minta gue dilarang
mau ngobjek ngak punya lahan
gue ngak ade modal buat dagang

gue mau brenti jadi preman pak presiden
sementara ni gue jadi pak ogah
sementara ni gue adi pengamen
bolehlah didkit dikit ganggu ketentraman
dari pade gue nyuri duit negare
tapi sumpe, gue bukan terorist, pak presiden

gue mau brenti jadi preman
tapi tolong kasih gue ketrampilan
kasih gue lowongan pekerjaan
sebelum gue masuk bui cipinang
ntar ketemu gayus gue jadi lebih garang

sekali lagi gue mau brenti jadi preman
gue mau kawin
gue mau jadi orang baek baek
pak presiden masih di situ khan,….

Desember, 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Wednesday, March 21, 2012

Puisi Tentang Keimanan | Iman Dalam Mi'raj

0 komentar




Iman dalam Mi’raj
Oleh: Tetsuko Eika

Sebuah puisi hati….
Tentang aroma keimanan
Sebuah puisi malam…
Yang mengajari kepercayaan
Terhadap seseorang…
Laki-laki suri tauladan

Yang senyumnya indah merekah bak sinar mentari
Yang akhlaknya mulia melebihi intan permataLink
Sebuah puisi keyakinan…
Tentang arti sebuah perjalanan.
Yang Sang pemilik hujan anugerahkan padanya, pada pria shaleh itu..
Pada Rasulullah…

Mi’raj ajari manusia untuk bersujud pada sang Rabbi…
Allah Swt…

Mi’raj ajari kaum muslim mencintai Tuhan-Nya
Merindukan kasih pertemuan dengan pencipta-Nya
Allah Swt…

Dan, ini sebuah puisi keimanan…
Yang hanya bisa dicerna dengan bisikan hati bersih…
Bukan dengki atau munafik
Sebuah perjalanan ke Sidratul Muntaha yang penuh berkah
Memberikan ketajaman jiwa…
Ya, pada hati ini…
Pada jiwa ini…

Tentang sebuah keimanan, yang harus tumbuh mengakar di sukma ini…
Hingga kelak bertemu dengan sang Illahi.


(Kutulis diantara aroma hujan yang menyayat hati, diantara dinginnya senja…
Ketika hati rindu pada-Nya…
Rancaekek, 28 Juni 2011)

Puisi Isra Miraj | Cahaya Isra'

0 komentar




Cahaya Isra’
Oleh: Tetsuko Eika

Sebelum sosokmu hijrah ke Madinah…
Kau hadiahi kami sebait kisah…
Tentang perjalanan semalam yang kami imani.
Antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha
Oh… itu luar biasa!

Sebuah ujian keimanan untukku, untuk kami…
Dan, kami akan berjuang…
Mengimani peristiwa-peristiwamu…
Yaa Rasulullah

Cahaya Isra’ akan mengalir dalam helai napasku…
Disini…
Di jiwa ini…
Bercahaya dan bersinar seperti kerlipnya bintang…
Membuktikan kisah keimanan diri
Padamu, ya Rasulku

Cahaya Isra’ akan tentram selalu dihati
Membuktikan kebesaran Allah….
Allah yang kusayangi.


(Ketika hujan senja itu reda, dihatiku…
Rancaekek, 28 Juni 2011)

Monday, March 19, 2012

Puisi Senandung Alam | M. Jafar Hafsah

0 komentar




Fraksi
M. Jafar Hafsah


Aku duduk sendiri
Di kala pagi hari
Menanti terbitnya mentari pagi
Di pekarangan rumahku nan rapi

Kutatap pohon besar nan teduh
Berdiri tegak nan angkuh
Menanti datangnya angin semilir
Pencakar langit nan kokoh

Pohonku memang engkau gagah
Betapa senang hari ini
Tugas Fraksi menanti
Baru sehari kujalani

Semoga dapat memberi arti
Bagi rakyat, bangsa dan Ibu Pertiwi

Jatipadang Poncol, 21 Februari 2010



Puisi di atas adalah puisi M. Jafar Hafsah, Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI,
yang terangkum dalam bukunya yang berjudul Senandung Alam,
terbit awal Januari 2011 lalu


Catatan Admin : semoga tidak hanya kata, tapi tugas nyata, semoga tidak hanya rapat belaka tapi aksi nyata. Semoga selalu dibukakan mata dan hati untuk selalu berbuat demi rakyat yang masih jelata. Semoga DPR selalu merakyat jangan membuat rakyat sekarat.

Tag. Puisi Alam | Puisi Keindahan Alam Indonesia | Puisi Alam Hutan


Puisi Air Mataku Tak Sesejuk Embun Pagi | Idris Reficul

0 komentar




Air Mataku Tak Sesejuk Embun Pagi
Idris Reficul

selanjutnya tanyakan saja pada pagi yang mulai benderang
apakah masih tersisa embun untuk cawan kecilmu?
sejak tadi malam kau dahaga dan aku tak lagi mempunyai air mata

jika pagi masih menyisakan embun untukmu,
tengadahkan cawanmu ke ujung-ujung daun
ia akan melebur beberapa tetes embun, menyatukannya
lalu biarkanlah menetes di cawanmu

air mataku sudah kering di pipiku, rasanya pun hambar
sedang embun pagi akan lebih menyejukanmu

19 Nopember, 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Friday, March 16, 2012

Puisi Namaku Rakyat | Odi Shalahuddin

0 komentar




Namaku Rakyat
Odi Shalahuddin

Namaku rakyat
Tiada pernah berkarat
Walau terus dibuat sekarat
Oleh engkau wahai para keparat

Sebab rakyat adalah jutaan jiwa yang terus bertumbuh
Sering terdiam melihat penguasa dan pengusaha bersetubuh
Tapi bukan tidak tahu menyaksikan engkau yang tak punya rasa malu
Selalu tercatat dalam lembaran hitam pekat dengan darah yang melekat kuat

Rakyat adalah irama kesabaran bukan tanpa batas
Engkau yang termabuk, lupa diri dan memainkan senjata yang telah terlepas
Lalu menembak lautan, hutan-hutan, dan lahan-lahan subur
Mengorek dan mengocok perut ibu pertiwi yng semakin terkulai
Ah, engkau, betapa rakus dan durjananya
rakyat mencatat dalam lembaran hitam pekat dengan darah yang melekat kuat

Rakyat, yang menjadi penggerak membangun kehidupan
Kesetiaan menanam padi dan palawijaya walau tanah telah mengeras
Kesetiaan menyapa lautan dan hadirkan ikan-ikan terhidang di meja-meja
Merayapi hutan-hutan dan mengambil sesuai kebutuhan
Membangunkan mesin-mesin yang bekerja berirama
Rakyat adalah pembangkit
Tanpa rakyat Negara tak akan tegak

Maka betapa kecewa dan berusaha menyapa
Ketika engkau seenaknya saja membuat peta-peta
Membagi kue-kue diantara kalian tanpa mau tahu ada rakyat hidup di dalamnya
Lantas, mengapa kekerasan yang meraja sebagai jawabnya?

Rakyat adalah mesiu yang siap terbangkitkan
Pada batas-batas kesabaran yang terlampaui
Tunggulah saat ketika mereka bertindak
Menjadi gelombang yang mampu meluluh-lantakkan kekuasaan kalian

Namaku rakyat
Tiada pernah berkarat
Walau terus dibuat sekarat
Oleh engkau wahai para keparat

Yogyakarta, 17 Desember 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Thursday, March 15, 2012

Puisi Anak Terlantar Versus Komodo | Fey Down

0 komentar




Anak Terlantar Versus Komodo
Fey Down

Sepanjang jalan di kota Jakarta, di tengah gedung pencakar langit nan megah
Setiap pagi ada joki berdiri menggendong bayi, ada gadis muda belia,
anak anak dan dewasa .
Mereka bukan joki kuda yang kaya raya,
tapi joki joki mobil yang pemiliknya akan melewati 3 in 1

Setiap sore dan malam hari, di sepanjang perempatan ,
jika lampu merah menyala
berlari anak anak kecil menghampiri pengendara yang berhenti.
Menadahkan tangan meminta sedikit rezeki
untuk mereka makan hari ini.

Berapa jumlah anak terlantar di negeri ini?
Berapa jumlah anak tak sekolah di negeri ini?
Berapa jumlah anak anak miskin yang butuh pengobatan?
Berapa jumlah pekerja anak anak di bawah umur?
Berapa jumlah gadis belia yang terpaksa menjual diri?

Ketika media ramai soal komodo, negara begitu peduli
Ternyata komodo lebih berharga dari anak anak kita
karena komodo membuat bangga negeri Indonesia di mata dunia ,
karena komodo membuat gengsi negeri semakin tinggi.
Anak anak terlantar? siapa peduli…


05 Nopember 2011

sumber: fiksi.kompasiana.com

Tag : Puisi Anak SD | Puisi Anak Sekolah | Puisi Perpisahan Anak SD

Ini (Bukan) Puisi Cinta | Avriany Parhusip

0 komentar



(Bukan) Puisi Cinta
Avriany Parhusip

Biar malam ini menertawakanku
Akan rindu terlarang yang tercipta untukmu
Menembus batas maksimal khayalku
Merobek bayangan suci kisah cintaku
Tak terbentuk rasa ini untuk ku bingkai

Dan semua hal tentangmu berkeliaran sesuka hatinya
Dalam sesuatu yang bahkan aku tak sadar, perasaan
Mengikat, bahkan mencekik dan melempar sesuatu
Yang kadang kita paksakan, kenyataan

Jika masa lalu bisa menunggu
Jika pemberontakan ini bisa mengunci hatimu
Jika bisa
Rampaslah rindu itu dari bintangku
Biar bulan melihat dan berteriak di tulinya hatiku

Itu sudah mati


Pangkalan Bun, 06 Desember 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com


Tag : Puisi Cinta dan Kepercayaan | Puisi Cinta | Puisi Cinta Untuk Suami |
Puisi Jatuh Cinta | Puisi Cinta Islami | Penghianatan Cinta


Wednesday, March 14, 2012

Menunggu Hujan Reda | Edy Nawir

0 komentar




Menunggu hujan reda
Edy Nawir

Menunggu hujan reda
entah sampai kapan
kulupakan setiap rautmu
yang pernah datang

Pada setiap rintik hujan
yang jatuh mendetak
sentak sepiku dalam kalbu
menuliskan kata-kata
“Lamakah derasmu……..”

Pada setiap rintik-rintik hujan
yang kulihat sebagai barisan
seperti mengiring kepergianku
ketika grahapun jadi sampan
orang-orang sebagai pendayung
mengarung ke seribu arah

Barangkali gerimis
yang kini menjadi lebat
seperti sedang melihat
seperti sedang mengantar
diriku yang hanyut
hingga ke laut jauh…..

Pondok Petir, 22 Januari 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi Pertemuan Singkat | Pertemuan Hari Ini

0 komentar





Pertemuan Hari Ini
Edy Nawir

Pertemuan hari ini
telah menyejukkan kalbu
melalukan rasa cemasku
menyirnakan sedihku
menghilangkan dahaga sukma
obat istimewaku…..

Pertemuan hari ini
telah menjelma menjadi puisi
melegakan rasaku
membintangi jiwaku
mencairkan kebekuan hati
gugah semangatku….

19 April 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Monday, March 12, 2012

Puisi Sunda Tentang Kehidupan | Kahirupan Mak Anah

0 komentar




Kahirupan Mak Anah
Eddo Sy

Mak Anah tukang surabi
sore subuh satia nganti nu meuli
satuhu usaha ngadago rijki
ceuk paribasa najan ngan payu sasiki

Ma Anah dagang surabi
teuing geus ngaliwatan pirang rewu janari
aya rame aya sepi
kauntungan heunteu pasti

“Ema oge lin teu hayang jiga batur
ema yakin rijki mah aya Nu Ngatur
ku kituna heunteu kudu jadi catur
gede leutik ema tetep ngucap sukur”

Ma Anah tukang surabi
satia usaha nganti nu meuli
rek rame rek sepi
tetep sumujud ka Gusti.

Sunday, March 11, 2012

Puisi Harapan | Setitik Harapan Mereka

0 komentar





Setitik Harapan, Mereka
Alang Alang

Ah..arus angin nampak datar datar saja
Lagu lagu yang membahana, menumbuhkan kerinduan kerinduan
Lalu bisakah lusinan kata kata dari corong sakuni menumbuhkan penawarnya ?
Sulur sulur mimpi menjerat teramat kuat, bolehkah anganku sedikit menggeliat ?

Raja siang bersinar garang, semua tetap datar datar saja
Dingin wajah tanpa selengkung senyum
Muram sudah kelopak bunga, menangguk rindu pada perak perak hujan
Dan wajah wajah terbungkus kabut kesunyian, seperti kosong mata,
hampa hati, di dera getir hidup tanpa jeda

Di bentur benturkan pada dinding dinding kesibukan,
hingga terkapar, lelah..juga terluka
Debu debu ibu kota menyeruak menyesaki rongga paru
Sampah sampah segar nyengir,
menebar anyir adalah parfum gratisan ala orang pinggiran
Dan tangan tangan mungil lincah memilah milah sampah,
sembari mengutuk rasa lelah

Tiap hari di media ada bermacam janji tentang kesejahtraan
Untuk kita, untuk mereka..
Tapi janji tak merubah apa apa

Mungkin para pejuang sedang menangis di alambaka
Melihat bocah bocah bergelut dengan sampah sampah
Memahat pilar pilar harapan di antara debu dan sampah ibu kota
Menatah impian di antara deru roda dan sampah sampah

Kita harus bertahan,
Tuhan takkan membiarkan umatnya bergelut dengan kesusahan ” kata mereka

Doaku untukmu kawan, semoga pintamu di dengar Tuhan
Sebab suara suaramu telah remukkan hati juga jiwaku..saudaraku

februari, 2012

sumber : fiksi.kompasiana.com


Friday, March 9, 2012

Puisi Orang Pinggiran | Nafas Orang Pinggiran

0 komentar




Nafas Orang Pinggiran
Eternal Ega

Kami rakyat terbuang
Mereka sebut orang pinggiran
Punya hak namun tak dapat kelayakan
Hingga kami membenci pemerintah
dan janji tak terpatri di hati

****desing kereta api adalah alarm
tanda memulai kehidupan
,,,,tak ada menu spesial pagi ini
,,,,nasi kemarin masih cukup
Siang hari derita belum usai
Deru angin panas kota
dan menapaki aspal panas
…kaki tak beralas
mengumpulkan botol tergeletak tak bertuan
Usaha menyambung nafas
***
Gelap tiba mendadak tak diundang
bintang-bintang kotori langit
bongkahan batu separo melayang
sinarnya pecuma
…jika gelap masih perlu lampu dan listrik
disini tak tersedia….
hanya lilin kecil menyala ragu
beginilah setiap hari,,,,
dimana kardus coklat itu
selimut diri
disamping lintasan
menantang maut tuk berbaring
hidup dan mati setipis nafas hari ini

Februari, 2012

sumber : fiksi.kompasiana.com

Thursday, March 8, 2012

Puisi Pengangguran | Puisi Seorang Penganggur

0 komentar





Puisi Seorang Penganggur
Bayu Segara

Ya Allah….
Pintu mana lagi yang harus kuketuk selain pintuMu
Arah mana lagi yang harus kutuju selain arahMu
Timur, barat, utara, selatan sudah kulewati
Namun tak ada cahaya menghampiriku

Ya Allah…..
Beribu petuah sudah kuresapi
Beribu kabar kuselami
Beribu cara sudah kulalui
Adakah yang kurang dariku

Ya Allah…..
Aku hanya debu
Tak mampu aku
Hanya engkau yang mampu
Kini aku berserah

Ya Allah…..
Kuserahkan ke tanganMu
Yang terbaik bagiku
Namun satu yang harus Kau tahu
Aku hanyalah manusia biasa

Januari, 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi Pekerjaan | Puisi Tentang Pekerjaan

0 komentar





Puisi Pekerjaan
Adiwiarta

Harusnya dimulai sejak pagi
Sebelum hari membuka mata
Kemudian dibuat nyaman seadanya
Agar seharian bekerja tenang adanya

Tak elok terus berkutat
Saat kerangka nya tidak demikian jelas
Juga pilihan yang disediakan
Sebenarnya tambahan tangan
Sebenarnya tambahan kaki

Sebentar otakmu ditambatkan
Selebihnya pekerjaan hati

Hey! Kenapa tetap terjaga
Sementara seisi kota kerap terlelap
Sebelum senja merapat dekat

Kemudian saya bermimpi
Sebentar saja, tentang beberapa hari yang belum terjadi
Saat rekening bertambah gemuk

Kemudian saya menjadi murung
Seperti tidak sedang melakukan apa-apa
Bukannya ini tugas negara

Lalu siapa yang mengabdi pada negara?
Hanya pada kepentingan periodik para pemutus wacana

Kemudian saya tertidur
Tanpa tau bangun harus mulai darimana

Tentu saja besok hari jumat,
Saat sebenarnya saya bermimpi
Saat sebenarnya kami terjaga
Membaca seisi kota

Februari, 2008

sumber : adiwiarta.blogspot.com

Tuesday, March 6, 2012

Puisi Kebencian | Kami dari Negeri Kebencian

0 komentar




Kami dari Negri Kebencian
Falentino Rosarianto

AKU,
bersabar kau acuhkan,
aku sabar kau lupakan para pahlawan kita,
aku sabar melihat kebohonganmu,
aku sabar melihat kerakusanmu,
hatiku gelisah melihat kemunafikanmu,
hatiku gelisah mendengar kesombonganmu,
hatiku gelisah melihat kebiadabanmu,
hatiku gelisah melihat kekejianmu,

kau tutup mata ini, aku melihat!
kau tutup telinga ini, aku mendengar!
kau tutup hati ini itulah lonceng kematian bagimu!!

dan aku kehilangan kesabaran ku
ketika kau khianati bangsa ini……!!!

Tuan,suatu saat ketika kesabaran ini habis karena kau khianati bangsa ini,
maka disanalah kau tau siapa aku.
bangsa yg besar akan ku runtuhkan,
banjir kemarahan akan menghanyutkan istanamu,
kilat kemarahan akan mancabik-cabik benteng ambisimu,
lautan darah akan menghiasi kotamu,
dan kami adalah badai kemurkaan….!!!

dari negri kebencian…..!!!

24 January 2012

NB: kebencian akan pemimpin busuk….

sumber : fiksi.kompasiana.com


Puisi Munafik | Ria Apriyani

1 komentar




Munafik
Ria Apriyani

Begitu mudah hatimu berkata iya.
Padahal hatimu jelas menolak.
Begitu gampang berkata benar.
Padahal di ujung lidahmu menggantung kata salah.
Begitu ringannya mengaku bahwa semua itu pantas.
Padahal jelas-jelas dalam nuranimu membayang
bahwa semua itu menyimpang.
Terlalu banyak yang menggunakan topeng.

Jika kau menatap wajah mereka satu per satu.
Maka takkan dapat kau terka emosi mereka.
Takkan dapat kau temui kejujuran terpampang di sana.
Yang ada cuma kabut penuh misteri.
Semu...Ah, aku muak!

Lelah dengan semua senyum palsu.
Benci mendengar segala bujuk rayu.
Nyaris mati dihantui rasa sakit
akibat tikaman di punggungku.
Sesak dicekoki usaha
untuk membuat aku membencimu...
Munafik!

25-Des-2009

Puisi Tobat | Taubatlah Hai Manusia

0 komentar





TOBAT
Petrus Supriyana

hari demi hari, minggu demi minggu
berlalu manusia rapat dalam setiap ruangan
sana-sini bertepuk keberhasilan, baik hasil rapat maupun hasil untung
banyak pabrik berlomba cari untung setinggi awan
banyak manusia cari untung setinggi langit
berebut sana-sini, tanpa tahu manusia lain

bangkruttttttttttt.....
rugiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……
mana uangku?
mana jatahku?
sedih
stress…………….
stroke……………
dan gila.

itu manusia sedang miskin iman
manusia lari ke dukun

manusia penuhi rumah-rumah ibadat
masjid, pura, gereja, wihara tak sepi dari suara-suara rintihan manusia
Tuhan masih belum iba dalam rintihan, karena masih tobat di bibir belaka
bibir manis, terucap doa dan harapan

Tuhan maha tahu…………
manusia hanya munafik, hati belum pasrah
Tuhan hanya ingin manusia
tobat dan tobat…………………
tobatlah hai manusia-manusia.
hidupmu masih panjang

Nopember, 2011

sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi Menjelang Pagi | Menanti Langit Pagi

0 komentar





Puisi Menjelang Pagi
Karya: Cinta

cuma ada aku disini
ditemani secangkir kopi
sepi……

cuma ada aku disini..
dan gerimis telah usai bernyanyil.
sunyi…..

cuma aku disini..
bahkan bulanpun telah dibuai mimpi…

cuma aku disini…
menanti langit pagi

Januari, 2010

sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi Tentang Pengkhianatan Cinta | Cinta Tak Berbalas

0 komentar





Penghianatan Cinta

Inilah sebuah penghianatan cinta
Pergi tanpa sepatah kata
Melupakan semua yang ada
Dan tak pernah peduli terhadap kasih sayang

Inilah semua penghianatan cinta
Menjalin sebuah kisah yang rapuh
Yang seharusnya tak pernah terjalin

Inilah sebuah penghianatan cinta
Mengabaikan semua perasaan yang ada
Menyakiti hati dan perasaan
Tak peduli walau derai airmata ditujukan padanya

Nopember, 2007

sumber : thegirl-puisi.blogspot.com

Monday, March 5, 2012

Puisi Tentang Ramalan | Asrina Novianti

0 komentar




RAMALAN
Asrina Novianti

berbagai kemungkinan
berbagai alasan
singgah
setiap peristiwa
mungkin hanya keberuntungan
jika segalanya terasa jitu

tentang asmara, nasib,atau pekerjaan
sang peramal menguak kartu
mulut penuh dengan mantra
yang keluar cuma ular
berkepala dua
berbisa
kemudian mematuk
terasa seperti ditodong pistol
dengan pelatuk
yang siap meledak

berbagai harapan
pintu masa depan yang diketuk
mulai terbuka
tapi lupa untuk dikunci kembali

Jakarta, 2007

Friday, March 2, 2012

Puisi Anak Jalanan | Puisi Kehidupan Anak Jalanan

0 komentar





Anak Jalanan
Winda Anggraeni

kisah hidup para penyanyi cilik
hidup yang begitu pelik
dalam kerasnya kehidupan ibukota
pekerjaan yang memaksa

naik-turun dari angkutan umum
jatuh-bangun bukanlah rahasia umum

Tuntutan hidup selalu menyesakkan
tak ada pengecualian

mereka kumbang metropolitan
korban kemunafikkan !
selalu kesepian dalam keramaian
tak ada tempat untuk mengadu
mencurahkan isi kalbu
jauh dari kasih sayang ayah ibu

apakah ini yang dinamakan hidup ?
teramat keras menjalaninya
seusia mereka tak sepatutnya merasakan beban hidup
Egois memang !
dunia mereka dunia bermain
mendapat pendidikan seperti yang lain
bukan alasan orang tua untuk berkeluh kesah

menjual suara
satu-satunya keahlian yang mereka punya

tak kenal bau matahari
tak peduli perut ikut bernyanyi
terik matahari mereka lumpuhkan
dinginnya hujan tak menghalangi langkah mereka
rupiah demi rupiah
tak lekas mereka nyerah
tuk membantu bunda tercinta

sumber : fiksi.kompasiana.com

Puisi Sunda Tentang Ibu | Puisi Sunda Indung

0 komentar



Indung
Ayatrohaedi

Iuh tanjung seungitna marganing wuyung
liuh indung perbawa nu cadu nundung
mun di dunya ngan aya indung jeung bapa
bakal bisa ngawasa sajagat raya
Ngan indung memeh miang dielingan,
“Lamun hirup ngan ngumbar karep sorangan
temahna poho ka indung
kaduhung nunggu di tuntung
nya hanjakal bakal jadi incu cikal.”

2001:88


Pamanggih
Ayatrohaedi

Salapan bulan ngakandung
Moal aya hiji jalma
leuwih ti indung micinta
indung gudang hampura
Salapan bulan dikandung
Moal aya hiji jalma
leuwih ti anak rumasa
anak gudang dosa
Salapan bulan ngakandung
Pinuh rasa jeung rumasa
Salapan bulan dikandung
Pinuh dosa jeung rumasa

2001:84

sumber : metasastra.wordpress.com


Thursday, March 1, 2012

Puisi Alam Hutan | Hutanku Rini Intana

0 komentar




Hutanku
Rini Intama

pongah menebang asa yang membelah senyap
gemerisik daun kering terinjak kaki perkasa
burung-burung terbang menghilang
cahaya langit pergi mengusap marah
yang mengintip direrimbun daun
dan kuncup kuncup bunga

tak pelak kayu diam tertebas ayunan sebilah kampak
dan gergaji yang sudah selesai diasah

garang menajam tak dengar keluh mengerang
dengarsuara bumi yang mengaduh hingga memekak
tangisan sang akar tertinggal terkelit sakit
habis darah mengalir dan kayu yang tercacah cacah

hutan tak ingin meranggas sedang angin membawa panas
memanggang kayu dan daun daun

ooh benih benih dari rahim pertiwi
menghitung puluhan tahun menunggu tunas tumbuh
sedang longsor memanggil tanah menimbun segala cinta

terhentilah nafas dan hutanku lampus

Juli 2010

sumber : green.kompasiana.com

Tag : Puisi Alam


Puisi Korupsi | Puisi Koruptor Nyzriel El Habibi

0 komentar



"Puisi" Maaf Sang Koruptor
Nyzriel El Habibi

Negara ini bebas bung.
Demokrasi katamu, itu hanya teori bung
Emang sih dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
namun kami lah rakyat yang kau maksud

kami di pilih karena Bantuan dari kami untuk rakyat
maka ini lah saat nya rakyat membantu kami
Kami perjuangkan aspirasi rakyat, maka salah kah,
kami mengambil upah dari perjuangan itu ?

Duduk manis sambil merokok,
rapat, rapat dan rapat itu lah yang kami lakukan untuk rakyat
maka tiada salah nya kami berlibur sejenak ke luar negeri atau pulau bali

Anda bicara jujur, kami emang jujur
sampai saat ini kami belum terbukti
Walaupun anda tak suka
namun itulah keputusan kami bersama
mau di tolak gak enak rasa
karena sedekah dari yang sedang berkuasa

Korupsi Kolusi Nepotisme yang anda ributkan
ini hanya nama baru yang muncul di akhir zaman
jauh hari telah kami katakan, kami bekerja hanya satu tujuan
hidup mulia atau mati sebagai pemenang terbanyak meninggalkan warisan
warisan untuk keluarga kami, bukan kah mereka juga rakyat?
Trus, di mana salah kami

kenapa anda memandang kami sebelah mata
menjauhi dan mencaci maki
bukan kah itu hal yang tak terpuji
kami di pilih oleh anda
dan akan berkerja mengabdi kepada anda
dengar kan dan salurkan aspirasi anda

kadang hanya salah terima, tolong lah kami di maafkan
karena kami tak tahu apa isinya
hanya sebuah amplop kuning yang tebal kalau di raba
maafkan kami …….
maafkan kami…..
maaf kan kami…..

17 October 2010

*biar rakyat yang menjawab pak.
Ketika pagi menyapa kota H.10 cairo.

sumber : fiksi.kompasiana.com

 

kumpulan karya Puisi | Copyright 2010 - 2016 Kumpulan Karya Puisi |